BIN.com - Semarang, 26 Agustus 2025* – Penyalahgunaan narkoba di Jawa Tengah masih menjadi ancaman serius. Berdasarkan data nasional, Jawa Tengah menempati peringkat ke-7 provinsi dengan jumlah pengguna narkoba terbanyak di Indonesia. Kondisi ini menunjukkan bahwa upaya pencegahan dan pemberantasan tidak bisa hanya dilakukan oleh aparat penegak hukum, melainkan membutuhkan keterlibatan seluruh elemen masyarakat.
Salah satu strategi yang ditempuh Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Tengah adalah menjalin sinergi dengan organisasi keagamaan. Lembaga seperti Nahdlatul Ulama (NU) memiliki basis massa yang luas serta peran penting dalam membimbing umat, sehingga diharapkan mampu menjadi benteng moral masyarakat dari ancaman narkoba. Atas dasar inilah, pada Selasa, 26 Agustus 2025, BNNP Jawa Tengah menggelar audiensi dengan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah di Kantor PWNU, Jl. Dr. Cipto No. 180, Semarang.
Kepala BNNP Jawa Tengah, Brigjen Pol. Dr. H. Agus Rohmat, S.I.K., S.H., M.Hum., menegaskan bahwa persoalan narkoba di Jawa Tengah sudah memasuki fase yang mengkhawatirkan. Jawa Tengah menempati peringkat ke-7 provinsi dengan jumlah pengguna narkoba terbanyak di Indonesia. Kondisi ini menjadi alarm serius bahwa penanganan tidak bisa dilakukan secara parsial.
“Kami menyadari bahwa ancaman narkoba begitu nyata dan terus menggerogoti generasi muda. Jawa Tengah saat ini berada pada posisi ketujuh dengan jumlah pengguna narkoba terbanyak di Indonesia. Angka ini tidak bisa dianggap sepele. Oleh karena itu, BNN Provinsi Jawa Tengah mengambil langkah kolaboratif dengan menggandeng lembaga-lembaga strategis, terutama organisasi keagamaan yang memiliki basis massa luas dan pengaruh moral yang kuat. NU adalah salah satu mitra paling tepat. Kami percaya nilai-nilai luhur agama bisa menjadi benteng utama yang menjaga masyarakat, khususnya keluarga, agar tidak terjerumus dalam bahaya narkotika. Dengan dukungan PWNU, kita bisa membangun gerakan kolektif dari tingkat bawah hingga atas untuk menyelamatkan generasi bangsa dari ancaman narkoba,” tegas Agus Rohmat.
Sementara itu, Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Tengah, KH. Abdul Ghaffar Rozin, menyoroti kondisi generasi muda yang semakin rentan terhadap penyalahgunaan narkoba. Ia menekankan pentingnya mengedepankan pendekatan keagamaan sebagai benteng moral. NU tidak bisa menutup mata bahwa penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja saat ini sangat memprihatinkan.
“Banyak anak muda yang terjebak, padahal mereka adalah generasi penerus bangsa. NU memandang masalah ini bukan hanya sebagai tanggung jawab BNN atau pemerintah, tetapi juga tanggung jawab moral seluruh elemen bangsa. Kami mengajak seluruh warga Jawa Tengah, dari lapisan masyarakat paling bawah hingga tokoh-tokoh masyarakat, untuk bersama-sama menolak, melawan, dan mencegah narkoba. Keluarga harus menjadi garda terdepan, karena di sanalah nilai-nilai agama pertama kali ditanamkan. Jika keluarga kuat, maka anak-anak akan memiliki benteng kokoh terhadap pengaruh buruk narkoba. Kami siap bergerak bersama BNN Jawa Tengah untuk memperkuat dakwah, edukasi, serta aksi nyata agar masyarakat, khususnya generasi muda, benar-benar terhindar dari narkoba,” ujar KH. Abdul Ghaffar Rozin.
Wahyu Ratriyani, SKM., M.AP sebagai Kepala Bagian Umum BNN Provinsi Jawa Tengah juga menambahkan bahwa audiensi ini menghasilkan sejumlah kesepakatan penting yang menjadi pijakan kerja sama ke depan. “BNN Jawa Tengah dan PWNU sepakat untuk segera menandatangani nota kesepahaman (MoU) sebagai dasar kolaborasi dalam program P4GN. Selain itu, PWNU akan mendorong terbentuknya penggiat anti narkoba di berbagai tingkatan, mulai dari pesantren, majelis taklim, hingga struktur organisasi NU di tingkat kabupaten/kota. Upaya deteksi dini juga akan dilakukan dengan melaksanakan tes urine secara sampling di beberapa pondok pesantren, terutama di lingkungan yang rentan,”jelasnya
Tak hanya itu, Wahyu juga menekankan akan ada program khusus yang dirancang untuk pondok pesantren yang menerima anak-anak dari keluarga dengan latar belakang rentan, termasuk narapidana kasus terorisme ataupun kasus narkoba. “Hal ini diharapkan menjadi wujud kepedulian NU dan BNN dalam mencegah permasalahan sosial berlapis yang bisa menjerumuskan anak-anak muda pada narkoba. Sebagai bentuk komitmen bersama, kami juga sepakat untuk menjadikan momentum Hari Santri di bulan Oktober mendatang sebagai ajang deklarasi dan penguatan gerakan melawan narkoba di kalangan santri, kyai, dan masyarakat luas,”terangnya.
Dengan sinergi ini, BNN Jawa Tengah dan PWNU optimistis dapat memperkuat barisan dalam perang melawan narkoba. Kolaborasi berbasis nilai agama dan moral diyakini akan menjadi kekuatan besar dalam mewujudkan masyarakat Jawa Tengah yang sehat, tangguh, dan Bersinar.
Rizky
Social Header